Pada malam hari, udara di puncak berkisar sekitar 10 - 15 derajat
sedangkan pada siang hari berkisar sekitar 15 - 25 derajat. Dari kaki
sampai lereng bawah Gunung Penanggungan berupa hutan lindung dengan
jenis tanaman rimba seperti jempurit, kluwak, ingas, kemiri, dawung,
bendo, wilingo dan jabon. Di bawah tegakan pohon-pohon raksasa ini,
tumbuh tanaman empon - empon seperti kunir, laos, jahe dan bunga - bunga
kecil. Lebatnya pepohonan menyebabkan udara di sini terasa lembab,
sinar matahari tidak sepenuhnya menembus tanah. Sampai di lereng atas
ditumbuhi caliandra, yang bercampur dengan jenis Resap, Pundung dan
Sono.Caliandra merah tampak mendominasi, tumbuh lebat hampir menutup
permukaan tanah, walaupun pertumbuhannya kerdil di tengah hamparan
rumput gebutan. Demikian juga keadaan di puncak; hanya akar rumput
gebutan yang mampu tumbuh menerobos kerasnya batuan padas Gunung
Penanggungan.
Keadaan medan Gunung Penanggungan tidak berbeda dengan gunung - gunung
lain : datar, landai, miring, berbukit dan berjurang. Di kaki gunung,
keadaan medannya landai sampai sejauh 2 km. Naik ke atas kemiringannya
berkisar 30 - 40 derajat. Di bagian perut gunung agak curam, berkisar 40
-50 derajat sepanjang 1 km. Sampai di dada gunung, banyak jurang -
jurang dengan kemiringan berkisar 50 -60 derajat; tanahnya berbatu
sepanjang 2 km dari dada, leher sampai puncak gunung. Medannya amat
curam, berbatu, licin dan kemiringannya berkisar 60 -80 derajat
sepanjang 1,5 km. sampai di puncak, batu - batu padas nampak di sana -
sini. Di puncak terdapat lembah, barangkali semacam kawah yang sudah
tidak aktif lagi. Luasnya sekitar 4 ha. Tempat ini biasanya dimanfaatkan
untuk base camp. Tempat yang nyaman untuk menikmati keindahan pada
malam hari.
Untuk mencapai puncak Gunung Penanggungan terdapat 4 ( empat ) arah
pendakian yaitu via Trawas, Jolotundo, Ngoro dan via Pandaan. Bagi
pendaki yang memilih start dari Desa Jolotundo dan Ngoro, di sepanjang
jalan akan melewati candi - candi peninggalan purbakala. Yang memilih
start dari Desa Trawas dan Pandaan hampir tidak menjumpai peninggalan
purbakala.
Jalur Trawas
Untuk mencapai Trawas, dari Surabaya atau Dari Malang naik bis menuju
Pandaan, naik lagi Minibus menuju ke Trawas. Selama perjalanan jalan
yang dilalui sudah beraspal. Dari Desa Trawas,Mojokerto,kita menuju ke
desa Rondokuning ( 6 km ) dengan kendaraan roda 4 atau roda 2. Dari desa
Rondokuning melewati jalan setapak hutan alam menuju ke puncak
Penanggungandengan memakan waktu sekitar 3 jam. Sepanjang jalan, pendaki
akan melihat pemandangan dari celah - celah lebatnya pohon kaliandra,
puncak Gunung Bekel yang merupakan anak Gunung Penanggungan terlihat
angker. Rumah - rumah penduduk, pabrik - pabrik, sawah - sawah terlihat
di bawah.
Jalur Jolotundo
Untuk mencapai Jolotundo dari Trawas naik lagi minibus sekitar 9 Km.
Desa Jolotundo merupakan salah satu desa yang berada dekat dengan puncak
Gunung Penanggungan ( 6,5 Km ). Pendakian lewat Jolotundo membutuhkan
total waktu 3 jam. Perjalanan tidak melewati pedesaan, tetapi langsung
menyusup ke dalam hutan alam. kemiringan medannya 40 derajat, melewati
jalan setapak. Di kanan - kiri terdapat pohon - pohon besar. Hati -
hati, di sekitar sini banyak jalan setapak yang menyesatkan.
Setelah perjalanan memakan waktu 1 jam, hutan alam terlewati, berganti
memasuki hutan caliandra yang amat lebat dengan jalan menanjak. Berjalan
sekitar 30 menit pendaki melewati Batu talang, sebuah batu yang
panjangnya 7 km tanpa putus, bersumber dari leher Gunung Penanggungan
yang memanjnag seperti talang air menerobos hutan sampai ke Desa
Jolotundo dan Desa Balekambang.
Dari Batu talang, terus menyusup hutan caliandra. Sekitar 300 m,
sampailah di Candi Putri, sebuah candi peninggalan Airlangga yang
berukuran 7x7x4 m dalam keadaan tidak utuh. Candi Putri ini dikelilingi
oleh hutan caliandra yang sangat lebat. Dari Candi Putri, sekitar 200 m
sampai di Candi Pure, yaitu sebuah candi yang berukuran 7x6x2 m terbuat
dari batu andesit.
Dari Candi Pure, sekitar 150 m sampai di Candi Gentong. Disini terdapat
meja. Candi gentong dan meja sebenarnya bukan candi, tetapi menurut
masyarakat setempat dinamakan candi. Candi Gentong merupakan peninggalan
kuno yang terbuat dari batu kali. Posisinya bersebelahan. Gentong
terletak di sebelah Utara, meja terletak di sebelah selatan tetapi dalam
1 lokasi. Gentong berdiameter 40 cm bagian mulut dan 90 cm bagian
perut, tebal 15 cm. Setengan badannya terpendam di dalam tanah.
Sedangkan meja panjang 175 cm, lebar 100 cm dan tinggi 125 cm.
Setelah melewati Candi Gentong, perjalanan dilanjutkan menyusur ke atas.
Lebih kurang berjalan 50 m sampai di Candi Shinto. Keadaan candi sangat
memprihatinkan, panjang 6 m, lebar 6 m, tinggi 3 m, terletak di hutan
wilayah RPH Seloliman. Setelah melewati hutan kurang lebih 300 m akan
ditemui candi lagi, yaitu Candi Carik dan sekitar 300m Candi Lurah. Dan
sampailah di puncak.
Jalur Ngoro
Untuk mencapai Ngoro bisa dari arah Pandaan atau dari Arah Mojokerto.
Dari arah Pandaan naik minibus jurusan Ngoro sedangan dari arah
Mojokerto naik minibus menuju arah Ngoro. Desa Ngoro lebih mudah dicapai
lewat Mojokerto karena terletak di tikungan jalan jurusan antara
Japanan, Mojosari, Kabupaten Mojokerto; persisnya di kaki Gunung
Penanggungan sebelah Utara. Dari desa Ngoro kita menuju ke desa Jedong (
6 Km ) dengan kendaraan angkutan pedesaan lalu perjalanan di teruskan
menuju dusun Genting sekitar 3 Km. Masyarakat Desa Genting sebagaian
besar penduduknya suku Madura.
Dari dusun Genting, pendaki naik ke atas memasuki hutan lindung,
melewati jalan setapak menyusur ke atas, kemudian menurun dan melewati
Candi wayang dan sekitar 2 km menuju puncak dengan medan yang sangat
miring antara 70 - 80 derajat. Jalur lewat desa Ngoro ini lebih sulit
dibandingkan dengan jalur desa Jolotundo.
0 komentar:
Posting Komentar