Minggu, 29 April 2018

Rute dan Jalur Pendakian Gunung Semeru 3.676 mdpl

Puncak Mahameru 3676 mdpl
Banyak pro dan kontra yang muncul belakangan ini akibat pendakian. Mulai dari masalah sampah yang dibuang sembarangan, kerusakan ekosistem, atau pendaki-pendaki karbitan yang merusak kegiatan naik gunung, menjadi ajang eksistensi semata. Sejauh apapun kita berkoar-koar untuk tidak merusak alam, tetap saja masalah seperti ini akan selalu muncul.
Sebagai Gunung tertingg di Pulau jawa (3676 mdpl), Gunung Semeru dengan Puncak Mahameru nya hingga kini masih diminati oleh banyak pendaki, baik yang benar-benar memahami hal-hal tentang pendakian amaupun (maaf) pendaki karbitan. Namun kali ini saya tidak akan membahas mengenai jenis pendakinya, melainkan rute dan jalur pendakian Semeru.
Semeru telah sejak lama dikenal akan keindahan panorama dan rutenya yang menantag. Kehadiran film 5 cm yang mengekspos keindahannya pun sukses menarik makin banyak pendaki ke sana. Bagi Anda yang sudah pernah mendaki gunung Semeru, tentu sudah tidak asing dengan pos-pos dan jalur pendakian di sana.

Untuk mencapai puncak Mahameru, pos atau desa terakhir yang Anda lewati adalah Desa Ranu Pane. Di Ranu Pane terdapat Pos pemeriksaan, warung dan pondok penginapan. Jika Anda butuh beristirahat, Anda dapat bermalam di Pos penjagaan. Desa Ranu Pane yang terletak pada ketinggian 2200 mdpl ini terdapat 2 buah danau, yaitu Ranu (danau) Pani dan Ranu regulo.
Dari Ranu Pane menuju puncak Mahameru, ada dua jalur yang dapat Anda lewati, yaitu via Watu Rejeng dan Gunung Ayek-ayek.

Jalur Pendakian Watu Rejeng

Jalur pendakian Wwatu Rejeng relatif lebih landai yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Karena jalur lebih panjang dan landai tersebut, waktu perjalanan juga menjadi lebih lama. Jalur ini cocok bagi Anda yang baru pertama kali mendai Gunung Semeru. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan pada jalur ini, namun terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m yang bisa Anda ikuti.
View yang disuguhkan di jalur ini adalah hutan-hutan pinus dan cemara. Untuk menuju Watu Rejeng, kira-kira Anda akan menempuh perjalanan sepanjang 5 km menyusuri bukit yang banyak ditumbuhi edelweis. Dari Watu Rejeng menuju Ranu Kumbolo, jarak yang ditempuh sepanjang 4,5 km.
Sesampainya di Ranu Kumbolo yang berada di ketinggian 2400 mdpl, Anda bisa mendirikan tenda untuk istirahat dan menimati pemandangan cantik di danau ini. Selanjutnya dari Ranu Kumbolo, Anda akan melewati Oro-oro Ombo-Cemoro Kandang-Pos Kalimati yang berada di ketinggian 2700 mdpl. Selanjutnya dari Pos Kalimati ke Arcopodo yang merupakan wilayah vegetasi terakhir di Gunung Semeru dan terakhir yaitu Puncak Mahameru.

Jalur Pendakian Gunung Ayek-ayek

Jalur lain yang juga bisa ditempuh menuju Puncak Mahameru adalah via Gunung Ayek-ayek. Jalur ini relatif lebih singkat, namun kondisinya curam dan terjal. Biasanya jalur ini diapakai oleh para pendaki lokal.
Untuk menemukan jalur ini, dari desa Ranu Pane perjalanan bisa dimulai dengan melintasi kebun sayuran penduduk yang berupa tanaman bawang dan kol (kubis). Setelah itu, Anda akan melintasi kawasan hutan yang didominasi cemara dengan jalur yang agak curam dan terjal.
Mendekati puncak gunung Ayek-Ayek pohon cemara tumbuh agak berjauhan. Dari lokasi ini, pemandangan yang disuguhkan sangatlah luar biasa, antara lain pemandangan Desa Ranu Pane, Desa Ngadas, ataupun dinding Gunung Tengger yang mengelilingi Bromo.
Setelah melintasi tanjakan curam, pendaki kemudian juga akan melintasi celah gunung yang agak licin dan berbatu.  Melalui jalur ini, pendaki harus menyusuri sisi gunung Ayek-ayek yang agak melingkar ke arah kanan.
Selesai melewati tebing terjal tersebut, pendaki akan tiba di tempat yang agak datar. Di sini, terdapat hamparan cukup luas, yang merupakan celah pertemuan dua gunung. Kemudian, perjalanan pendakian gunung Semeru jalur Ayek-Ayek akan dilanjutkan dengan menyusuri tebing terjal lagi. Kali ini, jalur itu agak melingkar ke arah kiri. Jalur terjal yang ini, kemungkinan akan menghabiskan waktu kira-kira 30 menit.
Selanjutnya, Anda akan melintasi kawasan Pangonan Cilik kemungkinan selama 45 menit. Setelah melintasi padang rumput, selanjutnya perjalanan berbelok ke arah kiri. Setelah itu, maka sampailah di sebuah danau yang sangat luas yang disebut Danau Ranu Kumbolo, tempat para pendaki sebagai tempat istirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak Mahameru.

Selasa, 10 April 2018

Jalur Pendakian Gunung PENANGGUNGAN 1.653 mdpl

Gunung Penanggungan, merupakan gunung berapi yang sedang tidur atau sedang dalam keadaan tidak aktif. Gunung Penanggungan sering disebut miniatur Semeru, karena jika di lihat kondisi puncaknya sangat tandus, mirip Semeru. Ketinggian sekitar 1.653 mdpl, puncak penanggungan terdiri dari bebatuan cadas dan jarang di tumbuhi pohon, hingga jika di lihat dari kejauhan mirip kepala botak tanpa rambut.
Pada malam hari, udara di puncak berkisar sekitar 10 - 15 derajat sedangkan pada siang hari berkisar sekitar 15 - 25 derajat. Dari kaki sampai lereng bawah Gunung Penanggungan berupa hutan lindung dengan jenis tanaman rimba seperti jempurit, kluwak, ingas, kemiri, dawung, bendo, wilingo dan jabon. Di bawah tegakan pohon-pohon raksasa ini, tumbuh tanaman empon - empon seperti kunir, laos, jahe dan bunga - bunga kecil. Lebatnya pepohonan menyebabkan udara di sini terasa lembab, sinar matahari tidak sepenuhnya menembus tanah. Sampai di lereng atas ditumbuhi caliandra, yang bercampur dengan jenis Resap, Pundung dan Sono.Caliandra merah tampak mendominasi, tumbuh lebat hampir menutup permukaan tanah, walaupun pertumbuhannya kerdil di tengah hamparan rumput gebutan. Demikian juga keadaan di puncak; hanya akar rumput gebutan yang mampu tumbuh menerobos kerasnya batuan padas Gunung Penanggungan. 
Keadaan medan Gunung Penanggungan tidak berbeda dengan gunung - gunung lain : datar, landai, miring, berbukit dan berjurang. Di kaki gunung, keadaan medannya landai sampai sejauh 2 km. Naik ke atas kemiringannya berkisar 30 - 40 derajat. Di bagian perut gunung agak curam, berkisar 40 -50 derajat sepanjang 1 km. Sampai di dada gunung, banyak jurang - jurang dengan kemiringan berkisar 50 -60 derajat; tanahnya berbatu sepanjang 2 km dari dada, leher sampai puncak gunung. Medannya amat curam, berbatu, licin dan kemiringannya berkisar 60 -80 derajat sepanjang 1,5 km. sampai di puncak, batu - batu padas nampak di sana - sini. Di puncak terdapat lembah, barangkali semacam kawah yang sudah tidak aktif lagi. Luasnya sekitar 4 ha. Tempat ini biasanya dimanfaatkan untuk base camp. Tempat yang nyaman untuk menikmati keindahan pada malam hari. 
Untuk mencapai puncak Gunung Penanggungan terdapat 4 ( empat ) arah pendakian yaitu via Trawas, Jolotundo, Ngoro dan via Pandaan. Bagi pendaki yang memilih start dari Desa Jolotundo dan Ngoro, di sepanjang jalan akan melewati candi - candi peninggalan purbakala. Yang memilih start dari Desa Trawas dan Pandaan hampir tidak menjumpai peninggalan purbakala. 
Jalur Trawas 
Untuk mencapai Trawas, dari Surabaya atau Dari Malang naik bis menuju Pandaan, naik lagi Minibus menuju ke Trawas. Selama perjalanan jalan yang dilalui sudah beraspal. Dari Desa Trawas,Mojokerto,kita menuju ke desa Rondokuning ( 6 km ) dengan kendaraan roda 4 atau roda 2. Dari desa Rondokuning melewati jalan setapak hutan alam menuju ke puncak Penanggungandengan memakan waktu sekitar 3 jam. Sepanjang jalan, pendaki akan melihat pemandangan dari celah - celah lebatnya pohon kaliandra, puncak Gunung Bekel yang merupakan anak Gunung Penanggungan terlihat angker. Rumah - rumah penduduk, pabrik - pabrik, sawah - sawah terlihat di bawah. 
Jalur Jolotundo 
Untuk mencapai Jolotundo dari Trawas naik lagi minibus sekitar 9 Km. Desa Jolotundo merupakan salah satu desa yang berada dekat dengan puncak Gunung Penanggungan ( 6,5 Km ). Pendakian lewat Jolotundo membutuhkan total waktu 3 jam. Perjalanan tidak melewati pedesaan, tetapi langsung menyusup ke dalam hutan alam. kemiringan medannya 40 derajat, melewati jalan setapak. Di kanan - kiri terdapat pohon - pohon besar. Hati - hati, di sekitar sini banyak jalan setapak yang menyesatkan. 
Setelah perjalanan memakan waktu 1 jam, hutan alam terlewati, berganti memasuki hutan caliandra yang amat lebat dengan jalan menanjak. Berjalan sekitar 30 menit pendaki melewati Batu talang, sebuah batu yang panjangnya 7 km tanpa putus, bersumber dari leher Gunung Penanggungan yang memanjnag seperti talang air menerobos hutan sampai ke Desa Jolotundo dan Desa Balekambang. 
Dari Batu talang, terus menyusup hutan caliandra. Sekitar 300 m, sampailah di Candi Putri, sebuah candi peninggalan Airlangga yang berukuran 7x7x4 m dalam keadaan tidak utuh. Candi Putri ini dikelilingi oleh hutan caliandra yang sangat lebat. Dari Candi Putri, sekitar 200 m sampai di Candi Pure, yaitu sebuah candi yang berukuran 7x6x2 m terbuat dari batu andesit. 
Dari Candi Pure, sekitar 150 m sampai di Candi Gentong. Disini terdapat meja. Candi gentong dan meja sebenarnya bukan candi, tetapi menurut masyarakat setempat dinamakan candi. Candi Gentong merupakan peninggalan kuno yang terbuat dari batu kali. Posisinya bersebelahan. Gentong terletak di sebelah Utara, meja terletak di sebelah selatan tetapi dalam 1 lokasi. Gentong berdiameter 40 cm bagian mulut dan 90 cm bagian perut, tebal 15 cm. Setengan badannya terpendam di dalam tanah. Sedangkan meja panjang 175 cm, lebar 100 cm dan tinggi 125 cm. 
Setelah melewati Candi Gentong, perjalanan dilanjutkan menyusur ke atas. Lebih kurang berjalan 50 m sampai di Candi Shinto. Keadaan candi sangat memprihatinkan, panjang 6 m, lebar 6 m, tinggi 3 m, terletak di hutan wilayah RPH Seloliman. Setelah melewati hutan kurang lebih 300 m akan ditemui candi lagi, yaitu Candi Carik dan sekitar 300m Candi Lurah. Dan sampailah di puncak. 
Jalur Ngoro 
Untuk mencapai Ngoro bisa dari arah Pandaan atau dari Arah Mojokerto. Dari arah Pandaan naik minibus jurusan Ngoro sedangan dari arah Mojokerto naik minibus menuju arah Ngoro. Desa Ngoro lebih mudah dicapai lewat Mojokerto karena terletak di tikungan jalan jurusan antara Japanan, Mojosari, Kabupaten Mojokerto; persisnya di kaki Gunung Penanggungan sebelah Utara. Dari desa Ngoro kita menuju ke desa Jedong ( 6 Km ) dengan kendaraan angkutan pedesaan lalu perjalanan di teruskan menuju dusun Genting sekitar 3 Km. Masyarakat Desa Genting sebagaian besar penduduknya suku Madura. 
Dari dusun Genting, pendaki naik ke atas memasuki hutan lindung, melewati jalan setapak menyusur ke atas, kemudian menurun dan melewati Candi wayang dan sekitar 2 km menuju puncak dengan medan yang sangat miring antara 70 - 80 derajat. Jalur lewat desa Ngoro ini lebih sulit dibandingkan dengan jalur desa Jolotundo.